Tuesday, March 27, 2012


MENCINTAI YANG SULIT DICINTAI
Oleh Saumiman Saud

Kita dapat melakukan apa saja di dunia ini, namun semua itu belum tentu berkenan di dalam hati kita, orang lain dan Tuhan. Manusia hanya terbatas melihat bagian luar, padahal yang di dalam itu ada misteri.  Ada orang mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa  “ Sebenarnya hatinya baik, cuma kelakuannya saja tampak begitu“ , “Orangnya jujur, tetapi ia dipengaruhi sang isteri” Saya coba serahkan kepada anda yang menjawab, sebenarnya mana lebih baik penampakan di luar baik namun di dalamnya jahat atau sebaliknya? Semestinya yang ideal adalah, penampakan di luar baik, di dalam juga begitu.

Akhir tahun 2007 ini kami sangat sibuk mempersiapkan diri untuk pindah rumah  dari San JoseCalifornia  menuju SeattleWashington. Pada saat mengepak-ngepak barangbari pakaian, buku-buku, mainan anak, alat-alat dapur dan sebagainya yang cukup banyak, maka sambil mengepak terlihat ada barang-barang yang sudah lama namun kita jarang memakainya dan repot juga kalau di bawa pindah. Oleh sebab itu kami sekeluarga mencoba untuk menyeleksi dengan teliti. Barang-barang yang tidak perlu lagi dengan hati yang tega harus kami singkirkan atau buang ke tong sampah. Sedangkan untuk pakaian dan beberapa alat-alat elektrnonik lainnya rasanya tidak tega kalau dibuang begitu saja. Oleh sebab itu kami bawa ke Good Will untuk disumbangkan ke sana. Berkali-kali saya ke sana rasanya terlintas rasa bersalah, apakah saya memberi barang-barang ini karena memang benar-benar saya mengasihi orang yang menerimanya? Atau karena saya tidak mau repot dan menganggap tempat itu hanya lokasi menyingkirkan barang-barang?  Untungnya sih Good Will berupa toko sehingga barang-barang bekas itu dijual kembali dan menghasilkan uang sehingga secara nyata uangnya yang disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan bukan barang bekas itu.

            Mencintai seseorang yang kita cinta itu gampang sekali, bahkan apa saja yang kita lakukan maunya untuk menyenangkannya. Seseorang rela berkorban segala-galanya demi orang yang dicintai. Tentu anda masih ingat cerita legendaries Siti Nurbaya atau Sam Pek Eng Tai, kisah menyintai hingga tetes darah terakhir.  Namun mencintai orang yang tidak dicintai tidak gampang sebab dalam hal ini diperlukan pengorbanan yang lebih besar. Sebenarnya konsep mencintai orang yang tidak dicintai mirip dengan pesan Tuhan Yesus“Kasihilah musuhmu”.  Tidak mungkin seseorang mengasihi musuhnya, sebab musuh itu hanya dapat dikasihi apabila kita berdamai dengannya. Apabila ada seseorang mengatakan bahwa ia dapat mengasihi musuhnya maka kalimat ini perlu dicurigai, sebab kalau ia sungguh-sungguh mengasihi orang tersebut mengapa masih menganggap orang itu adalah musuhnya?

            Setiap manusia ada kelemahannya, itu sebabnya apabila kita mencintai; maka orang yang kita cintai itu juga belum tentu sempurna. Pernah saya dengar cerita bahwa ada sepasang anak muda yang sudah hampir menikah, namun kemudian batal hanya gara-gara sang wanita menemukan sang pria itu kaos kakinya bolong? Agak beda dengan konsep kasih yang Tuhan Yesus praktekkan bukan? Tatkala Ia cinta pada kita, maka Ia tidak mengutak-atik segala kelemahan kita masa lalu. Bahkan darah-Nya di atas kayu salib telah menghapus segala kesalahan yang kita perbuat. Ia rela mengorbankan nyawa-Nya hanya untuk mencintai orang-orang yang seharusnya tidak pantas dicintai seperti saya dan  anda.

            Seorang penulis mengatakan demikian, tatkala kita berada di suatu tempat pada saat yang tepat, itulah kesempatan. “Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, tetapi itu juga kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan,Itupun adaah kesempatan. Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan. Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada.  Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang  Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.“

            Saya tidak tahu siapa saja yang bercokol dalam hidup anda yang  hingga hari ini masih merupakan “kesulitan“ untuk anda mencintainya? Mungkin orang itu adalah orang-orang yang pernah menyakiti hati anda? Yang pernah merugikan anda? Yang pernah mengecewakan anda? Yang pernah merusak kehidupan anda? Tetapi cobalah kita teduh sejenak? Bukankah anda dan saya juga pernah mengecewakan Tuhan, menyakiti hati-Nya juga? Tetapi Ia mencintai kita apa adanya? Ia tidak menghitung masa lalu kita, asal kita bertekad untuk memperbaharuinya. Yohanes 3 : 16 mencatat karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini Ia telah mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal itu. Rasul Paulus berkata kepada Philemon,:dulu ia tidak berguna bagimu, sekarang ia berguna bagimu dan bagiku“ Kalimat ini diucapkan rasul Paulus berhubungan dengan Onesimus yang pernah merugikan Philemon. Namun saat ini terlihat buah-buah pertobatannya sehingga Paulus mengatakan ia berguna bagi Philemon, dengan demikian Paulus memohon agar ia menerima dan mengasihi  Onesimus kembali bukan lagi sebagi budak namun sebagai saudara.

Apabila kita membenci seseorang maka tanpa disadari kita mengalami kerugian terbesar dalam hidup ini. Tatkala kita membenci, maka kita akan kehilangan suka-cita dan damai sejahtera, sementara orang yang kita benci tidak tahu-menahu dan tetap saja bersuka-cita dan damai  sejahtera. Mengasihi orang yang pernah kita benci memang tidak gampang, namun bukankah ini juga merupakan  salah satu cara untuk  kita mempraktekkan bagaimana mencintai orang yang sulit dicintai? Masalahnya adalah apakah kita sudah siap?

No comments:

Post a Comment