JALAN YANG BELUM PERNAH DILALUI
Oleh Pdt. Saumiman Saud*)
(Turut berduka-cita buat sahabatku Pdt David Utawi & Lina atas meninggalnya mertua/ibu anda. Kematian bukan akhir dari segala-galanya bagi ornag yang percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat)
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6 )
Walaupun tersedia Global Positioning System (GPS), namun karena saya baru sebulan lebih pindah ke Washington State tetap saja beberapa kali terjadi kekeliruan setelah exit dari Highway. GPS ini dapat membuat kita bergantung padanya. Pernah terjadi tatkala kami selesai persekutuan di sebuah restoran, lalu tatkala saya hidupkan mesin mobil, ternyata layar GPS-nya blank alias rusak. Tahukah anda apa yang terjadi? Malam itu saya kesasar, tetapi syukur masih bisa pulang ke rumah. Untungnya kebetulan GPS tersebut baru beli di Costco, sehingga keesokan harinya saya masih dapat menukarnya kembali dengan yang baru.
Menempuh jalan yang belum kita lalui tidak gampang, sebab kita belumk tahu seluk-beluk jalan tersebut. Saya paling takut kalau itu terjadi pada malam hari. Jika di Indonesia kita perlu waspada seperti jalan berlubang, lalu lalang anak-anak, becak-becak dan Ojek yang berkeliaran, belum lagi masalah keamanan. Kadang di dalam perjalanan itu juga cukup membingungkan. Kondisi di Amerika juga beda dengan kita di Indonesia. Tidak ada abang-abang becak atau penjaga warung yang boleh kita tanya bila kita kesasar. Kadang ke pom bensin juga tidak ada penjaganya. Sekali lagi jalan yang belum pernah dilalui itu merupakan jalan yang penuh tanda tanya dan misterius.
Seorang penulis terkenal mengatakan bahwa hidup manusia itu seperti suatu perjalanan. Hidup kita seperti orang sedang berangkat dalam suatu perjalanan yang jauh. Kita memerlukan persiapan-persiapan, demikian juga resiko senang atau susah yang bakal terjadi di dalam perjalanan itu. Jadi kita perlu siap hati menghadapinya. Perjalanan kita tentu harus ada tujuan, misalnya kita naik pesawat tentunya kita sudah perkirakan ke mana tempat yang akan kita tuju; dan itu sudah direncanakan sebelumnya. Jika di dalam perjalanan itu ternyata nkemudian ada masalah misalnya pesawatnya tertunda, lalu ban mobil kita gembos dan sebagainya, semua itu bukan tujuan utama kita. Jadi seandainya ditengah perjalan itu ada suka-cita dan penghiburan yang luar biasa, tetap saja bukan merupakan tujuan utama kita. Sebab tujuan utama kita adalah mencapai tempat yang kita tuju.
Akhir tahun 2007 saya berkesempatan mengunjungi Philadelphia. Waktu itu saya berangkat dari San Jose dengan pesawat lancar-lancar saja, walaupun sempat tertunda satu jam lebih, namun saya masih mendapatkan conecting dari Arizona, dengan demikian saya bisa tiba di Philadelphia tepat waktu. Namun yang menjadi masalah adalah tatkala kembali dari Philadelphia, terulang lagi pesawatnya tertunda, sehingga tatkala transit di Arizona, Phoenix saya tidak sempat conecting ke pesawat yang menuju ke San Jose; padahal masih memerlukan penerbangan kurang lebih dua jam. Waktu itu kira-kira jam 12.00 malam, sehingga saya terpaksa harus menginap di Phoenix. Namun walaupun boleh menginap di hotel mewah, gratis, tetap saja hati saya tidak sejahtera, kenapa? Karena tempat itu bukan tempat tujuan saya melainkan hanya tempat persinggahan dan bahkan tidak masuk dalam rencana perjalanan.
Rencana perjalanan itu sendiri juga merupakan tujuan dari jalan yang hendak kita tempuh. Kita merasa senang dan bahagia bila tempat yang kita hendak tuju itu merupakan tempat yang kita sudah tahu dengan pasti dengan berbagai kesenangan, layaknya seperti seorang ayah yang dalam perjalanan pulang kerja, ia membayangkan bagaimana isteri dan anak-anaknya yang akan menyambut dia. Dia juga membayangkan bagaimana senyuman sang isteri, lucunya anak-anak, sehingga membuat hidupnya menjadi lebih bergairah. Namun sebaliknya bila kehidupan rumah tangganya bermasalah tentu sang ayah akan merasa begitu deg-degan dan tertekan dengan perjalanan pulang ke rumah. Memang rumah merupakan tempat tujuannya, namun karena ada pengalaman pahit di dalamnya maka rumah yang semestinya membuat orang berbahagia sekarang membuat orang sengsara.
Saya sendiri tidak tahu bagaimana dengan perjalanan hidup kita sekalian? Coba simak sebuah ceritya ini : “Konon cerita seorang anak muda datang kepada pendetanya berkonsultasi tentang masalah kehidupan. Pemuda itu berkata bahwa ia berjanji akan sekolah dengan rajin, sehingga suatu saat menggondol ijasah dengan nilai terbaik. Lalu sang pendeta bertanya, sesudah itu apa yang anda lakukan? Pemuda itu berkata “saya akan mencari pekerjaan yang gajinya besar?” Sesudah itu kata pendeta lagi? “Saya akan menikah dengan isteri yang cantik?” Sesudah itu kata pendetanya sekali lagi? “Saya akan mendapatkan anak-anak dan membesarkannya?” Sesudah itu, demikain sang pendeta mendesak dengan pertanyaan yang sama? “Saya akan melihat anak-anak saya sekolah, kuliah dan mendapat gelarnya?” Sesudah itu kata pendetanya? “Saya akan melihat anak-anak saya menikah dan memiliki cucu?” Sesudah itu? “Saya sudah menjadi tua dan barangkali sakit-sakitan” Sesudah itu sekali lagi pendetanya bertanya? “Saya akan meninggal dunia” Untuk yang kesekian kalinya sang pendeta bertanya, sesudah itu? “Saya tidak tahu” demikian kata pemuda itu. Inilah salah satu gambaran ilustrasi yang hendak menceritakan kepada kita, betapa indahnya perjalanan hidup sang pemuda ini bila apa yang diinginkannya benar-benar terjadi. Namun sayangnya, akhir dari perjalanan hidupnya itu buntu. Celakanya perjalanan hidup ini tidak seperti kita sedang travel di dunia ini, sehingga bila menemukan jalan buntu, masih sempat balik arah dan mencari jalan yang benar.
Timbul pertanyaan, bagaimana solusinya bila kita menemukan jalan buntu seperti ini? Tuhan Yesus berkata “Yohanes 14:6 "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” Yang Yesus maksudkan adalah Ia bukan hanya seorang Guru/Rabbi tetapi Ia sekaligus Jalan Kebenaran itu sendiri. Banyak pemimpin Agama yang hari ini sudah mati, bahkan untuk menemukan Jalan Kebenaran tersebut masih belum ada kepasttiannya. Itu sebabnya maka rasul Paulus dengan penuh percaya diri berkata “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1 :21) Mengapa Paulus berkata demikian? Karena bagi Paulus kematiaan yang bakal diajalani nanti bukan sesuatu yang menakutkan, sebab melalui kesempatan ini ia boleh bertemu dengan Tuhan Yesus secara pasti dan hidup bersamaNya. Kebahagian seperti ini adalah kebahagiaan yang sejati. Sementara itu jika Tuhan masih memberi kesempatan baginya untuk hidup, maka ia akan mempergunakan kesempatan yang berharga ini dengan baik melalui pelayanan bagi Tuhan.
Permisi Tanya, apakah hari ini anda sudah tahu pasti jalan yang bakal anda tempuh sesudah kehidupan di dunia ini berakhir? Ada suatu jalan yang belum pernah kita lalui, namun jalan itu pasti; yakni melewati jalan KebenaranNya Tuhan Yesus. Hidup manusia itu terbatas dan kita tidak tahu kapan berakhir. Minggu lalu saya menerima kabar dari Medan, bahwa ibu mertua seorang sahabat saya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Padahal sebelumnya mereka baru saja bersama-sama melayani Tuhan di sebuah kota. Secara manusia tentu orang-orang merasa ada sesuatu pertanda yang buruk, namun di dalam Tuhan seperti apa yang diucapkan rasul Paulus justru inilah saatnya pertanda meraih keuntungan. Karena segala penderitaan serta kesusahan di dunia sudah dilalui, ia tinggal hidup penuh suka-cita bersama Tuhan Yesus di Surga.
Mungkin ada banyak orang bersikap seperti Tomas yang berkata "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (Yohanes 14 :5) Tentu pertanyaan ini muncul karena kurangnya pengenalan akan Tuhan Yesus sendiri, walaupun sesunguhnya Tomas pernah hidup bersama-sama Yesus kurang lebih tiga setengah tahun. Yesus mengatakan Ia adalah Jalan Kebenaran itu, jadi hanya melalui perantara dia kita dapat masuk ke dalam kerajaan Surga itu. Ingat tidak ada jalan lain. Pepatah mengatakan banyak Jalan ke Roma, tetapi hanya satu-satunya jalan untuk masuk kerajaan Surga. Di mana Surga itu? Kita tidak tahu, namun yang pasti menurut Rick Warren Surga adalah tempat yang ada di luar dunia ini.
Atas dasar prakarsa dan rancangan Allah maka IA mengirim Yesus anak-Nya yang tunggal (satu-satu) nya ke dalam dunia, untuk membawa orang-orang yang percaya kepada-Nya ke dalam Jalan yang Benar menuju ke Surga. Di da lam Yohanes 14 bahkan Tuhan Yesus menyediakan tempatnya bagi kita. Inilah makna kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang kita peringati hingga hari ini. Oleh karena itu, jangan ada perkataan tunda lagi, raih dan rebut kesempatan ini. Di dunia ini anda boleh memiliki apa saja, uang, pengetahuan, keluarga, teman, pekerjaan yang baik, rumah mewah dan sebagainya; namun semua itu tidak ada gunanya jika anda tidak memiliki yang SATU ini yakni Yesus Kristus, ibarat rumus matematika 100-1 = 0, ya kosong.
*) Penulis berdomisili di Washington State, dapat dihubungi via email saumiman@gmail.com
No comments:
Post a Comment