Tuesday, March 27, 2012


JIKA ANDA TETAP SETIA
(Ulangan 7 : 1-11, Yesaya 46 :4)

Kehidupan manusia di dunia ini penuh dengan janji, selama janji yang telah kita sepakati tidak pernah dilanggar maka semua proses kehidupan ini akan berjalan dengan lancar. Namun siapa yang dapat seratus persen percaya pada manusia, sebab manusia terlalu suka dan gampang mengingkari janji. Janji setia pernikahan yang diucapkan di depan altar Tuhan dilanggar. Para pedagang melanggar janji dengan partner dagangnya, akibatnya timbul penipuan, pecah kongsi dan sebagainya Mengingkari janji itu sangat menyakitkan hati, sahabat yang baik dapat menjadi musuh bebuyutan, suami isteri akan bercerai.  Inilah yang kita sebut dengan ketidaksetiaan.

Lalu bagaimana supaya kita dapat mencapai kesetiaan? Tentunya kita harus belajar pada yang maha Setia. Bacaan Alkitab yang kita lihat melalui Ulangan 7 : 1-11 tadi mengajarkan tiga hal mengapa kita harus setia kepada Tuhan

  1. Kita harus setia kepada Tuhan, karena godaan dunia bertubi-tubi (ayat 4)

Kita harus setia, itu kunci utamanya, namun Tuhan itu setia kepada kita bukan karena kesetiaan kita. Jadi apa maksudnya ini? Tuhan itu setia, karena memang sifat dan karakternya adalah setia. Dalam 2 Timotius 2 :13 dituliskan bahwa “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya” Di dalam kesetiaan perlu adanya ketaatan. Coba perhatikan baik-baik Ulangan 7 : 1-5 yang kita baca, konteks ini membicarakan tentang orang Israel yang pada waktu itu masih berada di tanah Mesir. Di sana mereka diperbudak, diperlakukan dengan tidak baik dan penuh dengan berbagai tekanan. Mungkin karena sudah berjalan cukup lama, kondisi ini menjadi biasa. Mereka seakan-akan merasa sudah enak dan menikmati keadaan ini., padahal semenjak Abraham pertama kali dipanggil Tuhan untuk keluar dari Tanah Us , Kasdim; tujuannya adalah agar dia pergi ke tempat yang dijanjikan yakni Tanah Perjanjian. Oleh karena itu dari awal Tuhan memberikan peringatan kepada umat Israel.

 Lihat lagi  Ulangan 7 : 1 dan seterusnya; Apabila Tuhan Allah-mu telah membawa engkau ke dalam negeri ke mana engkau masuk; dilanjutkan apabila Tuhan Allah telah menyerahkan  segalanya kepada umat Israel, maka ada nasihat penting yang haruis mereka turuti yakni mereka tideka boleh mengadakan perjanjian dan tidak boleh mengasihani mereka”  Peringatan ini seakan-akan sangat kejam dan tidak manusiawi. Namun kalau kita coba melanjutkan membaca , secara khusus ayat 4 “ Sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beriobadah kepada allah lain. Maka murka Tuhan akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engaku dengan segera”

Kehidupan orang percaya itu di jaman modern ini juga demikian. Kadang Tuhan sudah memberikan segala sesuatu  kepada kita, doa kita sudah terjawab semuanya. Mulai dari masalah kuliah, pekerjaan , keluarga dan pelayanan. Namun kita perlu waspada, karena bisa saja berkat-berkat itu menguasai kehidupan kita. Sewaktu belum punya pacar, berdoanya giat, pada saat sudah punya pacar sibuk ngurusin pacar; Tuhanpun dilupakan. Pada waktu belum bekerja kita berdoa mati-matian agar Tuhan memberikan pekerjaan, namun sesudah bekerja mapan, keadaan dan keuangan sudah stabil maka dengan alasan sibuk dengan pekerjaan maka segala tugas pelayanan dan juga keterlibatan untuk bekerja bagi Tuhan dikurangi bahkan tidak waktu lagi untuk melakukannya. Ada banyak contoh lain yang bisa kita uraikan di sini.

John Wesley pendiri gereja Methodist pernah mengatakan bahwa, pada waktu ia sibuk, maka ia mengambil waktu tiga jam untuk berdoa; namun apabila pada saat ia sibuk sekali maka ia memerlukan enam jam berdoa . Bagaimana dengan anda dan saya? Sering kali yang kita lakukan pada waktu  sibuk adalah tidak ada waktu lagi bagi Tuhan, dan pada saat kita sibuk sekali, maka sayonara (selamat tinggal)  Tuhan. Mari, biarlah kita belajar agar kuta boleh lebih setia pada Tuhan.

  1. Kita harus setia pada Tuhan, karena kita ini orang pilihan Tuhan.

            Ayat 7 mencatat, “bukan karena jumlah kita lebih banyak sehingga membuat hati Tuhan terpikiat, bukan juga karena kita paling kecil dari segala bangsa sehingga membuat Tuhan berbelas kasihan.  Tetapi Tuhan itu mengasihi kita karena kesetiaan-Nya yang tidak pernah ingkar janji.  Janji manusia dapat batal, kadang karena kondisi, waktu, cuaca, keamanan dapat membuat kita tidak menepati janji. Minggu sore yang lalu semestinya saya ada janji dengan bertemu seorang teman lama, namun kenyataannya sang teman tidak menepati janji. Janjinya batal dan tidak ketemu, ini janji dari manusia.

Tuhan kita tidak demikian, Dia memegang sepenuh hati janji-Nya. Ia tidak pernah mengingkari janji. Ayat 9 mencatat bahwa Ia setia kepada orang-orang yang kasih kepada-Nya sampai beribu-ribu keturunan. Namun terhadap orang yang membenci-Nya, ada peringatan bahkan ada sanksi khusus yang akan diberikan.

Mungkin anda berkata bahwa anda sudah sungguh-sungguh setia kepada Tuhan? Buktinya setiap minggu anda tidak  pernah absen ke gereja? Perpuluhan tetap dibayar setiap bulan, bila tidak percaya boleh tanya pada bendahara gereja Terlibat juga dalam pelayanan, misalnya koor, Bible Study, dan-sebaginya. Semua itu telah anda ikuti dan jalani dengan penuh setia. Apakah semua ini menunjukkan bahwa anda sudah setia?

Mari coba kita evaluasi melalui ilustrasi berikut ini.  Konon cerita suatu hari minggu tatkala anak-anak Tuhan sedang memuji Tuhan di sebuah gereja, lalu iblis datang bertemu dengan Tuhan dan terjadilah obrolan mereeka.. Tuhan berkata hai iblis kenapa kamu datang dengan tertawa mengenyek , bukankah anak-anak-Ku itu sedang memuji nama Ku?  Lalu iblis berkata demikian, benar Tuhan mereka memuji nama-Mu, tetapi itu hanya waktu yang sisa saja, lihat hanya dua jam dalam seminggu merka datang kepada-Mu, sisanya mereka mengikuti aku. Kadang mereka memberi-Mu uang yang disebut persembahan, namun bukankah Engkau memiliki segalnya dan tidak memerlukan  uang mereka? Kadang mereka memberikan waktu saat teduh pada pagi hari, namun sering kali karena kesibukan kerja mereka juga tidak sempat melakukannya? Apakah ini yang disebut kesetiaan?

Dari “obrolan” singkat ini kita dapat menarik pelajaran yang berharga sekali. Tatkala kita mengatakan bahwa kita telah setia pada Tuhan, permisi tanya seberapa kesetiaan itu? Ingatlah, bukan segala tingkah laku dan perbuatan kita yang kelihatan itu yang bisa dihitung sebagai kesetiaan, maka sesungguhnya yang paling penting adalah hati kita.

  1. Kita harus setia, karena Tuhan itu setia

Coba kita kembali mengevaluasi kehidupan kita. Pernbahkah terjadi disepanjang kehidupan kita ini terdapat  momen di mana Tuhan itu tidak setia kepada kita?  Jika hari ini kita boleh menikmati hidup itu juga menunjukkan kesetiaan-Nya.  Walaupun secara manusia untuk mencapai dan menjalani kesetiaan-nya kita seakan-akan berhadapan dengan hal-hal yang tidak pasti.

Apabila kita melamar kerja di sebuah perusahaan, tentu kita hendak mencari perusahaan yang mantap, jelas masa depannya dan ada prospek yang baik. Coba bila seorang direktur atau manager sedang wawancara terhadap anda, lalu beliau bertanya, nama anda, dan kita menjawabnya Saumiman Saud, lalu alamat, dan kita jawab Campbell City, San Jose, kemudian ditanya lagi  tentang  pendidikan kita. Dan sebagainya. Setelah itu sang direktur mengatakan, selamat datang, selamat bergabung dengan perusahaan ini. Besok pagi anda segera masuk kantor dan bekerja.

Lalu kita bertanya, di mana alamat kantornya? Sang Direktur berkata , tidak ada kantor? Lalu , gaji kita akan dibayar berapa, maka kita terima jawaban dari bos “tidak janji”. Lalu fasilitasnya apa saja? Tidak ada juga. Mendengar jawaban seperti itu saya percaya kita akan segera mengambil langkah balik kanan, dan pulang tanpa pernah menoleh-noleh lagi ke belakang. Mengapa? Karena perusahaan yang ada janji saja dapat dibatalkan, apalagi tidak ada janji, mengerikan sekali bukan?

Kalau kita percaya Tuhan itu setia dengan janji-Nya, maka kita akan pegang janji-Nya itu. Walaupun tidak secara jelas dan konkrit ditunjukan keadaan masa depan kita. Di San Fransico ada seorang pemudi anggota gereja kami yang sudah cukup lama juga tinggal di Amerika, kulaih dansaat ini sudah kerja. Boleh dibilang kerjanya sudah cukup mapan, dan sudah menerima Permanent Resident. Bulan lalu dalam sebuah pertemuan kecil beliau katakan bahwa dua tiga bulan ke depan ini ia segera akan tinggalkan pekerjaannya, Karena dia rencana untuk bergabung dengan sebuah lembaga misi untuk pergi melayani di Papua , Indonesia. Mendengar itu kira-kitra apa respon anda? Bagi anda yang kerjanya di Akuntan akan bilang, rugi besar nich secara matematika? Percuma bayar uang kulaih mahal-mahal, sekolah mati-matianl, lalu kehidupan di sini sudah okey semuanya, kenapa harus pergi ke Papua lagi? Namun pemudi ini telah mengambil tekad ini dan saya sangat menghargai dan salut terhadap ornag-orang model begini. Saya percaya bahwa ia pastri percaya pada Tuhan yang penuh setia itu.  Roma 8 : 28 mencatat “ Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi meerka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”

Mungkin anda pernah membaca karangan yang berjudul Footprint (terjemahan Indonesianya Jejak Kaki). Coba kita lihat sedikit latar belakang mengapa tulisan ini bisa terjadi. Footprint ini dikarang oleh Margareth Fishback, ia sejak kecil tinggal di Canada. Ayahnya orang Jerman, itu sebabnya maka logat bahasa Inggris yang diucapkannnya ada dialek Jermannya. Waktu kecil ia mengalami trauma dan pengalaman pahit tersendiri, karena guru-guru di sekolah suka memukulnya, terutama tatkala ia mengucapkan kata-kata bahasa Inggris berdialek Jerman ini. Ia tidak mengerti mengapa demikian, hingga sampai dia duduk di Sekolah Menengah baru ia tahu bahwa pada waktu itu sedang terjadi perang Dunia ke dua, jadi orang Canada dan Amerika sangat benci pada orang Jerman.  Ia juga pernah merasa trauma berat tatkala bermain-main dengan teman-teman wanitannya, karena mereka pernah menggelitiknya hingga hampir pinsan.. Pada masa dewasa ia menjadi guru di sebuah Sekolah Dasar, tatkala ia sedang mengajar, tiba-tiba angin kencang menerpa dan petir meyambar tepat pada dirinya, ia pinsan tidak sadarkan diri dan di rawat di rumah sakit beberapa hari. Pada saat itu ia mengenang akan Tuhan dan kasih-setia-Nya .

 Semua kejadian ini turut mengambil bagian dan mewarnai dia dalam penulisan puisinya. Pada suatu hari, tatkala ia akan memimpim sebuah retreat, maka bersama tunangannya Paul ia berangkat menuju  ke sana. Namun di tengah perjalanan mereka melewati sebuah danau dengan pemandangan yang cukup indah. Di tepi danau itu mereka berdua turun sejenak, kemudian sambil bergandengan tangan mereka  berjalan di tepi pantai. Tatkala ombak kecil menerjang pantai, maka bekas jejak kakinya tersiram dan hilang. Berkali-kali ia melihat kejadian ini, bahkan tatkala tunangannya menggendongnya, ia hanya melihat sepasang jejak kaki saja. Pada saat itulah ia mengingat apa yang ditulis dalam Yesaya 46 :4  , Tuhan itu setia sampai pada masa putih rambut kita, artinya sampai selama-lamanya ia tetap setia.

 Di bawah ini puisi yang ditulis oleh Margareth Fisback,

-Jejak - Jejak Kaki-
Margareth Fishback
Suatu malam aku bermimpi, berjalan-jalan di sepanjang pantai Bersama Tuhanku... Melintas di langit gelap babak-babak hidupku...
Pada setiap babak, aku melihat dua pasang jejak kaki, yang sepasang milikku... dan yang lain milik Tuhanku... Ketika babak terakhir terkilas dihadapanku, aku menengok jejak-jejak kaki diatas pasir, dan betapa terkejutnya diriku...
Kulihat bahwa acapkali disepanjang hidupku, hanya ada sepasang kaki... Aku sadar bahwa ini terjadi justru saat hidupku berada pada saat yang paling menyedihkan.... Hal ini selalu menggangguku....
dan aku pun bertanya kepada Tuhan tentang dilemaku ini...
"...Tuhan, ketika aku mengambil keputusan untuk mengikuti-Mu, Engkau berjanji akan selalu berjalan dan bercakap-cakap denganku...... disepanjang jalan hidupku... Namun ternyata dalam masa yang paling sulit dalam hidupku, hanya ada sepasang jejak kaki... Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa ketika aku sangat membutuhkan-Mu, Engkau meninggalkan aku..."
Ia menjawab dengan lembut,
"... Anak-Ku, Aku sangat mengasihimu dan tidak akan pernah membiarkanmu terutama sekali ketika pencobaan dan ujian datang,,, Apabila engkau melihat hanya ada sepasang jejak kaki, itu karena engkau berada dalam gendongan-Ku..."

No comments:

Post a Comment